132019Jun
Udara Jakarta Yang Terburuk Saat Libur Lebaran

Udara Jakarta Yang Terburuk Saat Libur Lebaran

Udara Jakarta Sempat Terburuk di Dunia Saat Libur Lebaran? Wah kok bisa ya?
Ada realitas yang cukup mengejutkan di libur lebaran kali ini. Kualitas udara Jakarta rupanya masih buruk pada H-1 Lebaran.

Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Bondan Andriyanu, mencatat Air Quality Index (AQI) Jakarta pada Selasa tanggal 4 Juni 2019 atau H-1 Lebaran polusi udara sempat menyentuh 210 US AQI.

Dengan angka ini, ia melanjutkan, kota Jakarta menjadi juara kualitas udara terburuk di dunia pada hari itu.

Temen-temen tau gak apa sih bahaya nya polusi udara bagi kesehatan kita?
Berikut penjelasannya :

1. Meningkatkan risiko autisme “Wanita hamil yang tinggal di daerah dengan polusi udara yang cukup tinggi memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi memiliki anak dengan autisme,” menurut sebuah penelitian. “Risiko tersebut meningkat ketika paparan polusi udara terjadi pada trimester ketiga kehamilan dan semakin besar eksposur, semakin besar risikonya,” sebut dalam artikel “9 Scary Things Air Pollution Does to Your Body.”

2. Merusak paru-paru dan jantung. Penelitian dari Duke University menemukan bahwa paparan polusi udara yang terdapat di perkotaan dapat menghilangkan efek positif dari olahraga yang dilakukan pada orang-orang berusia 60 tahun. “Hal ini menambah semakin banyak bukti yang menunjukkan dampak negatif paparan polusi udara bagi kardiovaskular dan pernapasan meskipun dalam waktu singkat,” kata Junfeng “Jim” Zhang, profesor kesehatan global dan lingkungan di Duke University.

3. Menurunkan kesuburan pada pria. Sebuah penelitian menemukan bahwa polusi udara dihubungkan dengan kualitas sperma yang buruk. Penulis studi tersebut, Xiang Qian, PhD, asisten profesor di Jockey Club School of Public Health and Primary Care di Chinese University of Hong Kong menganalisis sperma dari 6.475 pria berusia 15 hingga 49 tahun, dan menemukan bahwa pria yang menghirup lebih banyak polusi lebih cenderung memiliki sperma yang lebih kecil dan berbentuk tidak normal.

4. Melemahkan tulang. Menurut penelitian dalam jurnal The Lancet Planetary Health, polusi di udara dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang. Pada penelitian tersebut, peserta yang tinggal di lingkungan dengan tingkat polusi udara yang lebih tinggi memiliki tulang yang lebih keropos daripada orang yang terpapar dengan tingkat polutan yang lebih rendah.

5. Memepercepat penuaan. “Ada banyak studi di tempat-tempat seperti China, di mana memiliki tingkat polusi yang buruk, menunjukkan bahwa polusi udara dapat menyebabkan perubahan pigmentasi dan mempercepat penuaan kulit,” kata Adam Friedman, MD, profesor Dermatologi dan direktur dari Oncodermatology Clinic di George Washington School of Medicine and Health Sciences, Washington. “Zat-zat dalam polusi merusak sel-sel kulit dan mengganggu kemampuan kulit untuk memperbaiki dirinya sendiri. Hasilnya adalah bintik-bintik usia, kerutan, dan lipatan longgar,” kata Dr Friedman.

#rsdinda #AyoSehat #BersamaRSDinda